YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) juga memiliki hak untuk memperoleh beasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Uniknya, program beasiswa ini tak hanya diperuntukkan bagi ABK, tetapi juga bagi anak yang memiliki orang tua berkebutuhan khusus.
Kementerian menyediakan beasiswa sebesar Rp 1 juta per tahun untuk setiap ABK atau anak dengan orangtua berkebutuhan khusus. Program ini sudah dimulai sejak tahun 2011 lalu dan dilaksanakan melalui kerjasama dengan asosiasi kecacatan Perkins Internasional.
"Kami menggunakan dana dari APBN Perubahan untuk memberikan bantuan beasiswa bagi ABK ganda ini," kata Direktur Pembinaan dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar Kemendikbud, Dr Mudjito AK MSi dalam Workshop 'Pengembangan Kurikulum bagi Peserta Didik Tunanetra Ganda di Yogyakarta di SLB Helen Keller, Rabu (17/10/2012).
Selain beasiswa bagi ABK, sekolah yang melayani ABK juga mendapatkan bantuan operasional sebesar Rp 40 juta per tahun dengan sistem fixed cost. Sekolah juga memperoleh bantuan sosial e-learning senilai Rp 50 juta per sekolah.
Bantuan itu diberikan karena Angka Partisipasi Kasar (APK), termasuk ABK ganda di tingkat pendidikan dasar masih sangat minim, yaitu baru sekitar 30,5 persen dari sekitar 300 ribu ABK usai sekolah di Indonesia.
"Dengan bantuan ini diharapkan akan mengurangi beban orangtua yang memiliki ABK atau sebaliknya, dan akan meningkatkan APK dari sekitar 30,5 persen menjadi 65 persen," lanjutnya.
Mudjito menambahkan, ke depan Kemendikbud akan mengembangkan program bekal kemandirian bagi ABK yang bertajuk 'From School to Post School Transition Program'. Mereka harus mulai belajar kewirausahaan sejak dini sesuai dengan kemampuan dan keinginan.
"Dengan demikian ketika beranjak dewasa, merek tidak lagi tergantung pada orang lain,tapi dapat hidup mandiri dan bersaing dengan masyarakat umum," ungkapnya.
Sementara Kepala SLB Helen Keller, Suster Magdalena mengatakan, saat ini ada 32 ABK ganda di sekolah tersebut. Sekolah masih kekurangan jumlah guru yang profesional untuk mendidik ABK ganda yang harus diperlakukan secara khusus. Selain itu, sekolah juga bekerja sama dengan sejumlah pihak untuk memberikan pelatihan bagi guru agar memiliki kompetensi yang memadai untuk mendidik ABK.
Konsultan Pendidikan dari Perkins Internasional Thailand, Kansinanat Thongbai yang ikut hadir dalam workshop tersebut mengungkapkan, melalui kegiatan bersama itu diharapkan menambah pengetahuan tentang pendidikan bagi ABK ganda. Dia menyebutkan bahwa di Thailand, ada sekitar 5.000 ABK berkebutuhan ganda. Namun, baru ada sekitar 13 SLB. Oleh karena itu, mereka menjadikan Indonesia sebagai tujuan untuk belajar tentang pendidikan bagi ABK dan menjajaki kerja sama program pertukaran guru.
Kansinanat menambahkan pemerintah Thailand memberikan dukungan penuh bagi pengembangan pendidikan ABK melalui program beasiswa bagi ABK hingga ke tingkat pendidikan tinggi.
"Ada sekitar 100 anak berkebutuhan khusus di Thailand yang diberikan beasiswa hingga ke universitas untuk nantinya menjadi guru bagi anak berkebutuhan khusus lainnya," tandasnya.
Kementerian menyediakan beasiswa sebesar Rp 1 juta per tahun untuk setiap ABK atau anak dengan orangtua berkebutuhan khusus. Program ini sudah dimulai sejak tahun 2011 lalu dan dilaksanakan melalui kerjasama dengan asosiasi kecacatan Perkins Internasional.
"Kami menggunakan dana dari APBN Perubahan untuk memberikan bantuan beasiswa bagi ABK ganda ini," kata Direktur Pembinaan dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar Kemendikbud, Dr Mudjito AK MSi dalam Workshop 'Pengembangan Kurikulum bagi Peserta Didik Tunanetra Ganda di Yogyakarta di SLB Helen Keller, Rabu (17/10/2012).
Selain beasiswa bagi ABK, sekolah yang melayani ABK juga mendapatkan bantuan operasional sebesar Rp 40 juta per tahun dengan sistem fixed cost. Sekolah juga memperoleh bantuan sosial e-learning senilai Rp 50 juta per sekolah.
Bantuan itu diberikan karena Angka Partisipasi Kasar (APK), termasuk ABK ganda di tingkat pendidikan dasar masih sangat minim, yaitu baru sekitar 30,5 persen dari sekitar 300 ribu ABK usai sekolah di Indonesia.
"Dengan bantuan ini diharapkan akan mengurangi beban orangtua yang memiliki ABK atau sebaliknya, dan akan meningkatkan APK dari sekitar 30,5 persen menjadi 65 persen," lanjutnya.
Mudjito menambahkan, ke depan Kemendikbud akan mengembangkan program bekal kemandirian bagi ABK yang bertajuk 'From School to Post School Transition Program'. Mereka harus mulai belajar kewirausahaan sejak dini sesuai dengan kemampuan dan keinginan.
"Dengan demikian ketika beranjak dewasa, merek tidak lagi tergantung pada orang lain,tapi dapat hidup mandiri dan bersaing dengan masyarakat umum," ungkapnya.
Sementara Kepala SLB Helen Keller, Suster Magdalena mengatakan, saat ini ada 32 ABK ganda di sekolah tersebut. Sekolah masih kekurangan jumlah guru yang profesional untuk mendidik ABK ganda yang harus diperlakukan secara khusus. Selain itu, sekolah juga bekerja sama dengan sejumlah pihak untuk memberikan pelatihan bagi guru agar memiliki kompetensi yang memadai untuk mendidik ABK.
Konsultan Pendidikan dari Perkins Internasional Thailand, Kansinanat Thongbai yang ikut hadir dalam workshop tersebut mengungkapkan, melalui kegiatan bersama itu diharapkan menambah pengetahuan tentang pendidikan bagi ABK ganda. Dia menyebutkan bahwa di Thailand, ada sekitar 5.000 ABK berkebutuhan ganda. Namun, baru ada sekitar 13 SLB. Oleh karena itu, mereka menjadikan Indonesia sebagai tujuan untuk belajar tentang pendidikan bagi ABK dan menjajaki kerja sama program pertukaran guru.
Kansinanat menambahkan pemerintah Thailand memberikan dukungan penuh bagi pengembangan pendidikan ABK melalui program beasiswa bagi ABK hingga ke tingkat pendidikan tinggi.
"Ada sekitar 100 anak berkebutuhan khusus di Thailand yang diberikan beasiswa hingga ke universitas untuk nantinya menjadi guru bagi anak berkebutuhan khusus lainnya," tandasnya.
Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2012/10/17/17582654/Beasiswa.Bagi.Anak.Berkebutuhan.Khusus
No comments:
Post a Comment