Ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca (yang digunakan sebagai pemisah dan penggabungan suatu bahasa).
A. Penulisan Huruf
Huruf kapital atau huruf besar
A. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat.
Misalnya:
Kami membeli barang produksi luar negeri.
Mengapa hari ini kamu tidak datang?
Ayo, ikut aku ke toko buku!
B. Huruf kapital dipakai dalam petikan langsung.
Misalnya:
Ibu bertanya, “Apakah kamu sudah mengerjakan tugas sekolahmu?”
“Hati-hati di jalan, Nak!” kata ayah.
C. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Maha Kuasa, Islam, Kristen, Al-kitab, Quran, pada-Nya.
Ya Tuhan, terima kasih atas rahmat-Mu.
Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya.
D. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama dan gelar (kehormatan, keturunan, keagamaan, jabatan, dan pangkat).
D. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama dan gelar (kehormatan, keturunan, keagamaan, jabatan, dan pangkat).
Misalnya:
Taufik, ImamSyafii, Tuan Bambang, Nyi Yasminah, Ustad Imron, Nabi Muhammad, Raden Mamat, Kepala Desa Marwan, Kopral Jono.
E. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
PresidenYudhoyono, Menteri Pendidikan, Gubernur Jawa Timur, Profesor Ali Safik.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Aku ingin menjadi seorang jenderal.
Saya ingin menulis surat untuk presiden.
F. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Agusta Hakim
Fikrullah Rozak
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
5 joule
3 newton
G. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
Salah | Benar |
Bangsa Indonesia | bangsa Indonesia |
Suku Batak | suku Batak |
Bahasa Arab | bahasa Arab |
H. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari-hari besar, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
tahun Kabisat
bulan Januari
hari Jumat
hari Pahlawan
perang Dipenogoro
I. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
Misalnya:
Salah | Benar |
teluk Adang | Teluk Adang |
gunung Merapi | Gunung Merapi |
danau Kerinci | Danau Kerinci |
selat Madura | Selat Madura |
kali Brantas | Kali Brantas |
sungai Musi | Sungai Musi |
pulau Jawa | Pulau Jawa |
jalan Sudirman | Jalan Sudirman |
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
Air sungai itu mengalir deras.
Aku suka panorama gunung yang indah.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
pisang ambon
bakso malang
J. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, nama resmi badan/
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan hukum, serta nama dokumen resmi.
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan hukum, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
Universitas Airlangga
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Dewan Perwakilan Rakyat
Peraturan Daerah
Keputusan Menteri
K. Huruf kapital dipakai sebagai huruf kapital setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/ lembaga.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-undang Dasar Republik Indonesia
L. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan nama buku, majalah, koran, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata tugas.
Misalnya:
majalah Kawanku
koran Tempo
surat kabar Suara Pembaharuan
buku Selagi Masih Muda
makalah Dampak Merokok untuk Kesehatan
M. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama yang dipakai dalam penyapaan.
Misalnya:
“Mengapa Bapak belum pulang?” tanya Windy pada Ibu.
Para ibu mengadakan arisan di rumah Ibu Sulastri.
Kami akan segera mengantar pesanan Saudara.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan.
Misalnya:
Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
N. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Prof. : profesor
Dr. : doktor
S.S. : sarjana sastra
M.M. : magister manajemen
Jend. : jendral
Sdr. : saudara
O. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Apa pekerjaan Anda?
Ide Anda sangat cemerlang.
B. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata yang ditulis dengan satu kesatuan.
Misalnya:
pasar : pa-sar
cacar : ca-car
ajar : a-jar
2. Kata Turunan
A. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
Berjalan, jalanan, dibuang, ketetapan, mengelola, termakan, menghabiskan
B. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai.
Misalnya:
diberi tahu, beri tahukan
disebar luas, sebar luaskan
berlipat ganda, lipat gandakan
C. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
memberitahukan
dilipatgandakan
penghancurleburan
3. Kata Ulang
Kata ulang ditulis dengan tanda hubung (–). Hal ini juga berlaku untuk kata ulang semu.
Misalnya:
komputer-komputer, laba-laba, anak-anak, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, gerak-gerik, lauk-pauk,
mondar-mandir, porak-poranda, ramah-tamah, tukar-menukar, tunggang-langgang.
4. Kata Gabung
A. Gabungan kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kerja sama, kambing hitam, meja tulis, orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata kuliah.
B. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.
Misalnya:
alat pandang-dengar (audio-visual), anak-istri saya (keluarga), ibu-bapak (orang tua), orang-tua muda (ayat ibu muda), kaki-tangan penguasa (alat penguasa)
C. Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
Misalnya:
bilamana, acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, daripada, halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif, kepada, manakala, padahal, sebagaimana, sediakala, kemari.
D. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adibusana, antarkota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional, kosponsor,
mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolesterol, neokolonialisme, paripurna,
prasangka, purna-wirawan, swadaya, telepon, transmigrasi.
Jika bentuk terikan diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur kata itu
ditulisakan tanda hubung (-).
Misalnya: non-Asia, neo-Nazi, pan-Afrikanisme.
5. Kata Ganti
Kata ganti ditulis serangkai dengan kata yang menjadi kata dasarnya.
Misalnya:
kasihku, kutahu, kaumau, pensilmu, miliknya.
Misalnya:
Bolehkan aku ambil roti ini satu?
Aku ingin engkau menjadi pacar aku.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini.
Bolehkah kuambil roti ini satu?
Kuingin kaumenjadi pacarku.
6. Kata Depan
Kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
di rumah, ke kampus, di sini, di mana, ke luar, ke depan, ke dalam, dari Jombang, di tengah, ke mana, di antara.
7. Kata Sandang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Salah | Benar |
Simanis | si manis |
Sipemalu | si pemalu |
Sangpangeran | sang pangeran |
Sangmonyet | sang monyet |
8. Partikel
A. Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Marilah ikut denganku ke butik.
Apakah kautahu rumah Ilham?
B. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang terjadi, aku akan selalu bersamamu.
Bukan hanya membenciku, ia pun juga membencinya.
Catatan:
Kelompok berikut ini ditulis serangkaian, misalnya adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Misalnya:
Biarpun demikian, aku tetap berangkat ke Surabaya.
Aku akan tetap tersenyum, meskipun hatiku terluka.
C. Partikel per dipisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk kelas satu per satu (satu demi satu).
Harga tali itu Rp 1.000,00 permeter (tiap meter).
Pembayaran uang gedung dibayarkan per Agustus (mulai)
C. Pemakaian Tanda baca
1. Tanda titik (.)
A. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayah bekerja hingga larut malam.
Ibuku pernah menjadi seorang TKW di negeri orang.
B. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf pengkodean suatu judul bab dan subbab.
Misalnya:
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Kegunaan Penulisan
I. Isi Karangan 1. Isi Karangan
A. Uraian Umum 1.1 Uraian Umum
B. Ilustrasi 1.2 Ilustrasi
1. Gambar 1.2.1 Gambar
2. Tabel 1.2.2 Tabel
3. Grafik 1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka pada pengkodean sistem digit jika angka itu merupakan yang terakhir dalam deret angka sebelum judul bab atau subbab.
C. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu dan jangka waktu.
Misalnya:
pukul 12.12.21 (pukul 12 lewat 12 menit 21 detik)
12.12.21 (12 jam, 12 menit, dan 21 detik)
D. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Aku lahir pada tahun 1992 di Jombang.
Baca halaman 123 dan seterusnya.
Nomor gironya 5612528.
E. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
F. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Sekitar 1.200 spesies komodo hidup di pulau ini.
Lahan kritis berkurang 3.250 hektar.
G. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul, misalnya judul buku, karangan lain, kepala ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
Agribisnis Tanaman Sayur (tanpa titik)
Gambar 1: Bentuk Surat Lamaran Pekerjaan (tanpa titik)
H. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim atau tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima
surat.
Misalnya:
Jombang, 16 Desember 2011 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Marzuki (tanpa titik)
Jalan Pahlawan No. 82 (tanpa titik)
Jalan Flamboyan V/ 76 (tanpa titik)
Jombang 61417 (tanpa titik)
Jawa Timur (tanpa titik)
2. Tanda koma (,)
A. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Bunga mawar, bunga anggrek, ataupun bunga kamboja, banyak dijumpai di toko bunga.
Mereka mencium bau debu, bau lembab, dan bau busuk.
Ia hidup bersama paman dan bibinya, serta Teguh, anak lelaki mereka yang manja.
B. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapiatau melainkan.
Misalnya:
Bakso itu memang enak, tetapi mengandung formalin.
Ia bukan seorang guru, melainkan seorang polisi.
C. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Anak Kalimat | Induk Kalimat |
Kalau ia tidak memaksa | saya tidak akan mau pergi bersamanya |
Karena guru kami sedang rapat | kami memutuskan untuk pulang |
Tanda koma tidakdipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Induk Kalimat | Anak Kalimat |
Saya tidak akan mau pergi bersamanya | kalau ia tidak memaksa. |
Kami memutuskan untuk pulang | karena guru kami sedang rapat |
D. Tanda koma harus dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
Meskipun begitu, jangan sembarangan mengonsumsi jamur liar.
Jadi, masyarakat harus tetap waspada.
E. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, enak sekali!
Aduh, kepalaku sakit.
F. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata Rahma, “Jembatan ini akan direnovasi.”
“Jembatan ini akan direnovasi,” kata Rahma.
Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat ini agar dikirim kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6,
Jakarta Pusat. Sdr. Zulkifli Amsyah, Jalan Cempaka Wangi VII/11, Jakarta Utara 10640
Jakarta, 21 Desember 2010
Canbera, Australia
G. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
Hasan Alwi, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm. 15.
H. Tanda koma dipakai di antara orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
A. Zulkifly Andi, S. Pd.
Diah Munawaroh, M.M.
I. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Helmi, ganteng sekali.
Di wilayah Jombang, misalnya, banyak berdiri pondok pesantren.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, diminta kehadirannya pada hari Rabu di aula.
J. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersunguh-sungguh.
Atas pertolongan Vika, saya mengucapkan terima kasih.
K. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“Mengapa kamu tidak masuk sekolah?” tanya Indah.
“Hapus tulisan itu!” perintahnya.
3. Tanda Titik Koma (;)
A. Tanda titik koma untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Hari sudah larut malam; pekerjaannya belum selesai juga.
B. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah memotong rumput di halaman; ibu memasak di dapur; adik asyik menonton televisi; saya sendiri sedang mencuci pakaian.
C. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan unsur-unsur dalam kalimat kompleks yang tidak cukup dipisahkan dengan tanda koma demi memperjelas arti kalimat secara keseluruhan.
Misalnya:
Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab para orang tua, guru, polisi, atau pamong praja; sebab sebagian besar penduduk negeri ini terdiri atas anak-anak, remaja, dan pemuda di bawah umur 21 tahun.
No comments:
Post a Comment